Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai dengan kenaikan kadar gula
darah (Bruner & Suddarth,2002).Diabetes
mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai dengan berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagi komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, A, 2001).
Diabetes Mellitus atau
kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
darah dalam darah (hiperglikemia) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut
maupun relatif (Sunita
Almasier, 2005). Kadar gula darah puasa pada penderita diabetes >140 mg/dl
dengan nilai normal 80-110 mg/dl, sedangkan kadar gula darah sewaktu >200
mg/dl dengan kisaran normal120-160 mg/dl (Brunner & Suddarth, 2002).
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab, yaitu :
Biasanya timbul pada masa anak-anak dan puncaknya pada
masa akil balig tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. Faktor pencetus
Diabetes Mellitus jenis ini masih belum jelas, tetapi infeksi virus dan toksin
sangat berpengaruh. Disamping yang sudah diketahui yaitu faktor kerentanan
genetik (Genetik Susceptibility).
Pada Diabetes Mellitus jenis ini, sel- sel β pankreas
yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu
proses autoimun. Sebagai akibat penyuntikan insulin diperlukan untuk
mengendalikan kadar gula darah.
2.Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau Non-Insulin Defendent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pada Diabetes Mellitus Tipe ini faktor lingkungan sangat
berperan,terutama
peningkatan kemakmuran suatu bangsa merupakan faktor kuat yang akan
meningkatkan kejadian Diabetes. Hal ini terkait dengan perubahan gaya hidup.
Diabetes ini terjadi terkait penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang
disebut resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin.
3.Diabetes Mellitus terkait Malnutrisi atau Malnutrition Relatif Diabetes Mellitus
(MRDM).
Jenis ini sering ditemukan didaerah tropis dan dinegara
berkembang, disebabkan oleh adannya malnutrisi disertai dengan kekurangan
protein yang nyata.
4.Diabetes Gestasi
Diabetes Gestasi adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin
kurang baik bila tidak ditanggani dengan baik.
Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes pada anak-anak ( childhood-onset diabetes, juvenile diabetes,
insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) yaitu diabetes yang dikarenakan
berkurangnya rasio insulin pada sirkulasi darah yang diakibat hilangnya sel
beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM bisa diderita
oleh anak-anak ataupun orang dewasa.
Saat ini IDDM (
insulin-dependent diabetes mellitus )belum
bisa dicegah dan tidak bias disembuhkan, bahkan dengan diet atau olah raga.
Umumnya pada penderita diabetes tipe 1 mempunyai kesehatan serta berat badan
yang cukup baik pada saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons pada tubuh terhadap insulin pada umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awalnya.
Pada umumnya penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta diabetes tipe 1 yaitu
pada kesalahan reaksi autoimunitas yang bias menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas ini dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Diabetes tipe 1 ini hanya bias diobati
dengan insulin dan pengawasan yang cukup teliti ditingkat glukosa darah dengan melalui
alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1 ini, bahkan
untuk tahap paling awalpun, yaitu penggantian insulin. Tanpa menggunakan insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis dapat
menyebabkan koma bahkan dapat berakibat
kematian. Penekanan juga bias diberikan pada penyesuaian gaya hidup /diet dan olahraga. Terlepas dari
pemberian injeksi juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang berkemungkinan
untuk pemberian masukan insulin 24 jam dalalm sehari di tingkat dosis yang
telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang
dibutuhkan disaat makan
Pada perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus.dan tidak akan berpengaruh terhadap aktivitas-aktivitas
normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan
dalam pemeriksaan dan pengobatan yang dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata pada
pasien diabetes tipe 1 harus mendekati ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6
mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l)
untuk penderita yang bermasalah pada angka yang rendah, seperti "frequent
hypoglycemic events" Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali
diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering
sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya
membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat
glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran pada penderita diabetes melitus.
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe2 (adult-onset
diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus,
NIDDM) adalah tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan
oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah penderita, melainkan merupakan
kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi
sel terhadap insulinyang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan
kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama hati menjadi
kurang peka pada insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan pada glukosa
oleh otot lurik namun bias meningkatkan
sekresi gula darah oleh hati.Mutasi gen tersebut juga sering terjadi pada kromosom
19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM (non-insulin-dependent
diabetes mellitus) ditemukan ekspresi SGLT1 tinggi, rasio RBP4 dan
hormon resistin yang tinggi,peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis
hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi
hati.
NIDDM (non-insulin-dependent
diabetes mellitus)juga bias disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi,dan
sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul berkurangnya sensitifitas pada insulin,
dan ditandai meningkatnya kadar insulin darah.Hiperglisemia bias diatasi melalui
obat anti diabetes yang juga bisa meningkatkan sensitifitas pada insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, akan tetapi semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun menjadi berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan. Ada beberapa teori menyebutkan penyebab dan mekanisme terjadinya
resistensi, akantetapi obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi yang
membuat terjadinya resistensi pada insulin, dalam kaitannya dengan pengeluaran
dari adipokines merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan 90% dari pasien
dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor lain yang meliputi
mengeram dan sejarah keluarga, walaupun pada dekade terakhir terus meningkat
mulai memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 juga bias terjadi dengan tanpa ada gejala sebelum hasil
diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, pada awalnya, bias diobati dengan
perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat),
dan juga bias lewat pengurangan berat
badan. Ini biasa memugarkan kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika
kerugian berat/beban adalah rendah hati contohnya, di sekitar 5 kg ( 10 sampai
15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk.
Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon
insulin adalah pengobatan pada awalnya tidak terhalang, lisan kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan
produksi hormon insulin dan mengatur pelepasan yang tidak sesuai tentang
glukosa oleh hati dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu
dan hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin. Jika gagal, ilmu pengobatan
hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat
tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa
darah direkomendasikan di banyak kasus terutama penderita diabetes melitus.
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes,
type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent
autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA)
atau diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan dan akan pulih lagi setelah
melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan
patogenesisnya. GDM (Gestational diabetes mellitus) mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar
20–50% dari wanita penderita GDM ( Gestational diabetes mellitus) bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi pada sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM ( Gestational diabetes mellitus) yang bersifat temporer dan bisa meningkat serta menghilang
setelah melahirkan. GDM ( Gestational diabetes mellitus) bisa disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis
yang cukup cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM ( Gestational diabetes mellitus) bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik bias membahayakan
kesehatan janin maupun ibu. Resiko dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia
(berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan
sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin bisa
menghambat produksi surfaktan janin yang mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus
yang parah, dan kematian sebelum kelahiran juga bias terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat
dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan bisa
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan
dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka
yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu, ini lah yang paling berbahaya bagi penderita diabetes melitus.
Diabetes mellitus menurut WHO dikalisifikasikan berdasarkan perawatan dan
simtoma
Diabetes tipe 1, adalah
diabetes yang meliputi simtoma ketoasidosis
dimana membuata rusaknya sel beta di dalam pankreas menyebabkan autoimunitas,
yang sifatnya idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas,
seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak masuk di
golongan ini.
Diabetes tipe 2,
diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, juga sering disertai sindrom
resistansi insulin
Diabetes gestasional,
meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan gestational
diabetes mellitus, GDM.
sedangkan menurut tahapan pada klinis tanpa pertimbangan patogenesis, menjadi:
Insulin requiring for
survivaldiabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
Insulin requiring for
controldiabetes. di tahap yang ini, sekresi insulin endogenus tidak
cukup mencapai gejala normoglicemia, jika tak disertai tambahan hormon di
luar tubuh.
Not insulin requiring
diabetes.
Pada kelas empat pada tahap klinis serupa klasifikasi IDDM (insulin-dependent diabetes mellitus),
sedangkan pada tahapan kelima dan tahapan keenam adalah merupakan anggota dari klasifikasi
NIDDM ( non insulin-dependent
diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM yang merupakan klasifikasi tercantum
di International Nomenclature of Diseases tahun 1991 dan revisi ke-10 International
Classification of Diseases tahun 1992.
Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan walaupun
malnutrisi
bisa memengaruhi ekspresi dari beberapa tipe diabetes, sampai saat ini belum ada
ditemukan bukti bahwasannya malnutrisi atau defisiensi protein bisa menyebabkan
diabetes. Subtipe MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus,
PDPDM, PDPD, PDDM, masih dianggap bentuk malnutrisi yang diinduksi diabetes
mellitus dan membutuhkan penelitian yang lebih lanjut lagi. Sedangkan subtipe
lain, Fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD, diklasifikasikan menjadi
penyakit pankreas eksokrin di lintasan fibrocalculous pancreatopathy
yang menginduksi diabetes mellitus.
Impaired Glucose Tolerance, IGT, didefinisikan menjadi tahap dari
cacat regulasi glukosa, sebagaimana bisa diamati di seluruh tipe kelainan
hiperglisemis. Tetapi tidak dianggap sebagai diabetes. Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan menjadi simtoma rasio gula
darah puasa yang lebih tinggi dari pada batas atas rentang normalnya, akan
tetapi masih di bawah rasio yang telah ditetapkan sebagai dasar diagnosa
diabetes.
Faktor
resiko terjadinya Ulkus Diabetikum pada penderita Diabetes Mellitus
(menurut
Lipsky dikutip oleh Riyanto B)
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah umur
> 60 tahun, lama menderita Diabetes Melitus> 10 tahun.
2. Faktor
resiko yang dapat diubah :
Neuropati
(Sensorik, motorik, perifer), hipertensi, glikolisis hemoglobin (HBA1C)
tidak terkontrol, kolesterol total, hdl dan trigliserida tidak terkontrol,
kurangnya aktifitas fisik, pengobatan tidak teratur, perawatan kaki pada penderita diabetes melitus tidak
teratur, penggunaan alas kaki tidak tepat, obesitas, Ketidakteraturan kontrol
gula darah, kebiasaan merokok, ketidakpatuhan diet Diabete Mellitus (Riyanto B,
2007).
Faktor-faktor
resiko terjadinya ulkus diabetikum lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
A.Obesitas
Salah satu permasalahan
global dalam dunia kesehatan saat ini terutama pada diabetes melitus adalah permasalahan kelebihan berat badan
dan kegemukan. Kelebihan berat badan (overweight) merupakan suatu keadaan
terjadinya penimbunan lemak secara berlebihan, yang menyebabkan kenaikan berat
badan (Sudarmoko, A, 2010 : 17).
Lantas cara untuk
mengidentifikasi kegemukan pada seseorang dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), yaitu dengan
kategori : Sangat kurus : < 17, Kurus sedang : 17-18, Normal : 18-25, Gemuk : 26-30, Sangat gemuk :
> 30. Kelebihan berat badan hingga kegemukan jelas sangat beresiko bagi
kesehatan dan memperbesar timbulnya penyakit, terutama sekali pada penderita diabetes melitus kelebihan berat badan membuat
tubuh rentan penyakit karena lemak yang mengumpul telah menghambat peredarah
darah dan asupan gizi yang diperlukan tubuh. Fakta menunjukkan bahwa orang yang
gemuk lebih mudah terserang penyakit ( terutama diabetes melitus )dan angka kematian yang tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk
(Arief. S, 2010 : 18).
Ada dugaan bahwa seseorang
yang memiliki badan gemuk ( penderita diabetes melitus ) jaringan adiposa mengeluarkan zat yang mengganggu
kerja insulin pada jaringan otot rangka dan hati. Zat asam lemak bebas plasma
diduga kuat menyebabkan resistensi insulin pada otot rangka dan hati secara
langsung (Triyanto, B, 2011 : 60).
Apabila kadar insulin melebihi 10 µU/ml, keadaan ini menunjukkan
hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada
vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada
tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren diabetikum
/ penyakit diabetes melitus (Soegondo S, 2006).
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh
Wirakusumah yang dikutip oleh Arief Sudarmoko, dimana hasil penelitiannya pada penyakit diabetes melitus menunjukkan bahwa dari 500 penderita obesitas, sekitar 88 % mendapat resiko
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, bahkan terjadinya komplikasi
diabetes seperti Ulkus diabetikum (Sudarmoko, A, 2010 : 19).
B.Ketidakteraturan
kontrol gula darah
Kontrol/check-up kadar gula darah merupakan suatu cara untuk mencegah
terjadinya penyakit Diabetes mellitus yang makin bertambah parah, terutama
untuk umur > 40 tahun, dan untuk penderita Diabetes Mellitus yang mengidap
penyakit kardiovaskuler, lakukan check-up setiap 1, 2, 3 bulan (Misnadiarly,
2006 : 34).
Cek gula darah perlu dilakukan oleh mereka
yang memiliki faktor resiko diabetes, pemeriksaan harus rutin 1 kali
seminggu/bulan. Peningkatan kadar gula darah bisa juga terjadi karena mereka
yang menjalankan gaya
hidup yang kurang baik dan pola makan buruk sehingga kadar gula darah mereka
tidak terkontrol (Budi T, 2011:8). Penelitian yang dilakukan oleh Naimatus
sya’diyah. Yang dilakukan di Wilayah Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta,
dimana sebagian pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang bertempat tinggal di Wilayah sorosutan Umbulharjo Yogyakarta tidak
patuh dalam upaya pengendalian kadar gula darah danmemiliki kadar gula darah yang tidak
terkendalidan memiliki resiko terjadinya ulkus
diabetikum / penyakit diabetes melitus (Naimatus, 2009).
C.Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan
merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat
menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi
trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan
memperlambat clearance lemak
darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat
insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea,
dan tibialis juga akan menurun sehingga bias menyebabkan resiko terjadinya
ulkus diabetikum / penyakit diabetes melitus (WHO, 2001)
D.Ketidakpatuhan
diet DM ( Diabetes Melitus )
Kepatuhan Diet
Diabetes Melitus merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah,
kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah
komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika (Perkeni, 2006).
Kepatuhan Diet
DM ( Diabetes Melitus ) mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan
normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar
glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor
insulin dan memperbaiki system koagulasi darah.
Sebuah studi
baru yang dilakukan para periset Harvard yang dikutip oleh budi triyanto,
menunjukkan bahwa orang yang makan satu saji (3,5 ons) daging olahan, sama
dengan 2 iris bacon atau sebuah hot dog setiap hari, mengalami peningkatan
resiko diabetes melitus tipe 2 sebanyak 51 persen dan bisa menyebabkan terjadinya ulkus
diabetikum / penyakit diabetes melitus.
Faktor resiko yang menyebabkan Ulkus pada kaki
penderita DM ( Diabetes Melitus ) (menurut A.Y. Sutedjo)
Kegemukan dan usia lanjut, gangguan penglihatan yang beresiko untuk
cidera, kurang pengendalian kadar gula darah, penggunaan sepatu dan kaos yang
tidak tepat, kurangnya perawatan kaki dan kuku yang baik, sudah ada riwayat
ulkus pada kaki sebelumnya, tingkat pengetahuan DM ( Diabetes Melitus ) kurang sehingga kepatuhan
kurang (A.Y.Sutedjo, 2010 : 85).
Jika pemeriksaan gula darah (glukosa) menunjukkan anda mengalami prediabetes(gula darah berkisar 111-125 mg/dl), berarti beresiko tinggi terkena
Diabetes.
Seseorang beresiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 1 dan tipe 2 jika
orang tua atau saudara laki-laki atau perempuannya menderita penyakit ini.
3. Kelebihan berat badan
Sebagian besar penderita diabetestipe 2
memiliki kelebihan berat badan. Semakin banyak jaringan lemak, semakin resisten
otot dan sel jaringan terhadap insulin, terutama jika kelebihan lemak berada
disekitar perut.
4. Kurang beraktivitas
Semakin
kurang aktif, semakin besar resiko terkena diabetes.
5. Usia
Resiko terkena diabetes tipe 2 bertambah, seiring dengan
meningkatnya usia.
6. Riwayat diabetes gestasional
Lebih dari separuh wanita yang mengalami diabetesgestasional
(mengalami diabetes saat hamil) kelak akan terkena diabetes tipe 2 dalam
hidupnya. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4,5
kg juga beresiko lebih tinggi.
7. Sindrom ovarium polikistik
Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang terjadi akibat
ketidakseimbangan hormon pada wanita. Sindrom ini terkait kuat dengan resiko
diabetes tipe2. Banyak wanita yang menderita sindrom ini memiliki kadar
insulin darah yang tinggi dan kurang peka terhadap efek insulin dibandingkan
orang lain.
8.Hipertensi atau lemak darah yang abnormal.
Orang yang memiliki tekanan darah
tinggi dan kadar lemak darah (lipid) abnormal beresiko terkena diabetes, semua
pengidap kedua kondisi tersebut harus melakukan pemeriksaan diabetes. (Budi
Triyatno, 2011 : 11).