INFO BISNIS :

Kamis, 22 Maret 2012

DIABETES MELITUS


  DIABETES MELITUS


Pengertian Diabetes Mellitus
       Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (Bruner & Suddarth, 2002). Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagi komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, A, 2001).
        Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah dalam darah (hiperglikemia) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif (Sunita Almasier, 2005). Kadar gula darah puasa pada penderita diabetes >140 mg/dl dengan nilai normal 80-110 mg/dl, sedangkan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl dengan kisaran normal120-160 mg/dl (Brunner & Suddarth, 2002).

Klasifikasi Diabetes Mellitus
       Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab, yaitu :  
1.                   Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) atau Insulin Dependent Diabetes mellitus (IDDM).
Biasanya timbul pada masa anak-anak dan puncaknya pada masa akil balig tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. Faktor pencetus Diabetes Mellitus jenis ini masih belum jelas, tetapi infeksi virus dan toksin sangat berpengaruh. Disamping yang sudah diketahui yaitu faktor kerentanan genetik (Genetik Susceptibility).
Pada Diabetes Mellitus jenis ini, sel- sel β pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibat penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.
2.                   Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau Non-Insulin Defendent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pada Diabetes Mellitus Tipe ini faktor lingkungan sangat berperan, terutama peningkatan kemakmuran suatu bangsa merupakan faktor kuat yang akan meningkatkan kejadian Diabetes. Hal ini terkait dengan perubahan gaya hidup. Diabetes ini terjadi terkait penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin)  atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
3.                   Diabetes Mellitus terkait Malnutrisi atau Malnutrition Relatif Diabetes Mellitus (MRDM).
Jenis ini sering ditemukan didaerah tropis dan dinegara berkembang, disebabkan oleh adannya malnutrisi disertai dengan kekurangan protein yang nyata.
4.                   Diabetes Gestasi
Diabetes Gestasi adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditanggani dengan baik.

TIPE-TIPE DIABETES MELITUS

 TIPE DIABETES MELITUS


Diabetes melitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes pada anak-anak ( childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) yaitu diabetes yang dikarenakan berkurangnya rasio insulin pada sirkulasi darah yang diakibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM bisa diderita oleh anak-anak ataupun orang dewasa.
Saat ini IDDM ( insulin-dependent diabetes mellitus ) belum bisa dicegah dan tidak bias disembuhkan, bahkan dengan diet atau olah raga. Umumnya pada penderita diabetes tipe 1 mempunyai kesehatan serta berat badan yang cukup baik pada saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons pada tubuh terhadap insulin pada umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awalnya.
Pada umumnya penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta diabetes tipe 1 yaitu pada kesalahan reaksi autoimunitas yang bias menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas ini dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Diabetes  tipe 1 ini hanya bias diobati dengan insulin dan pengawasan yang cukup teliti ditingkat glukosa darah dengan melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1 ini, bahkan untuk tahap paling awalpun, yaitu penggantian insulin. Tanpa menggunakan  insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis dapat  menyebabkan koma bahkan dapat berakibat kematian. Penekanan juga bias diberikan pada penyesuaian gaya hidup /diet dan olahraga. Terlepas dari pemberian injeksi juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang berkemungkinan untuk pemberian masukan insulin 24 jam dalalm sehari di tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan disaat makan
Pada perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus.dan  tidak akan berpengaruh terhadap aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan yang dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata pada pasien diabetes tipe 1 harus mendekati ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk penderita yang bermasalah pada angka yang rendah, seperti "frequent hypoglycemic events" Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran pada penderita diabetes melitus.

Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) adalah tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah penderita, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama hati menjadi kurang peka pada insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan pada glukosa oleh otot lurik namun bias  meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.Mutasi gen tersebut juga sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM (non-insulin-dependent diabetes mellitus) ditemukan ekspresi SGLT1 tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi hati.
NIDDM (non-insulin-dependent diabetes mellitus)juga bias disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi,dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul berkurangnya sensitifitas pada insulin, dan ditandai meningkatnya kadar insulin darah.Hiperglisemia bias diatasi melalui obat anti diabetes yang juga bisa meningkatkan sensitifitas pada insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, akan tetapi semakin parah penyakit, sekresi insulin pun menjadi berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori menyebutkan penyebab dan mekanisme terjadinya resistensi, akantetapi obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi yang membuat terjadinya resistensi pada insulin, dalam kaitannya dengan pengeluaran dari adipokines merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor lain yang meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun pada dekade terakhir terus meningkat mulai memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 juga bias terjadi dengan tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, pada awalnya, bias diobati dengan perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan juga bias  lewat pengurangan berat badan. Ini biasa memugarkan kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati contohnya, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan  antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tidak terhalang, lisan  kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin dan mengatur pelepasan yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu dan hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin. Jika gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan di banyak kasus terutama penderita diabetes melitus.

Diabetes mellitus tipe 3

Diabetes mellitus gestasional (gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan dan akan pulih lagi setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM (Gestational diabetes mellitus) mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM ( Gestational diabetes mellitus) bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi pada sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM ( Gestational diabetes mellitus) yang bersifat temporer dan bisa meningkat serta menghilang setelah melahirkan. GDM ( Gestational diabetes mellitus) bisa disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cukup cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM ( Gestational diabetes mellitus) bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik bias membahayakan kesehatan janin maupun ibu. Resiko dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin bisa menghambat produksi surfaktan janin yang  mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, dan kematian sebelum kelahiran juga bias  terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan bisa diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu, ini lah yang paling berbahaya bagi penderita diabetes melitus.

Rabu, 21 Maret 2012

KLASIFIKASI DIABETES MELITUS


Klasifikasi Diabetes Melitus

 

 

Diabetes mellitus menurut WHO dikalisifikasikan berdasarkan perawatan dan simtoma
  1. Diabetes tipe 1, adalah diabetes yang  meliputi simtoma ketoasidosis dimana membuata rusaknya sel beta di dalam pankreas menyebabkan autoimunitas, yang sifatnya idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak masuk di golongan ini.
  2. Diabetes tipe 2, diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, juga sering disertai sindrom resistansi insulin
  3. Diabetes gestasional, meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.

sedangkan menurut tahapan pada klinis tanpa pertimbangan patogenesis, menjadi:
  1. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
  2. Insulin requiring for control diabetes. di tahap yang ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup mencapai gejala normoglicemia, jika tak disertai tambahan hormon di luar tubuh.
  3. Not insulin requiring diabetes.
Pada kelas empat pada tahap klinis serupa klasifikasi IDDM (insulin-dependent diabetes mellitus), sedangkan pada tahapan kelima dan tahapan keenam adalah merupakan anggota dari klasifikasi NIDDM ( non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM yang merupakan klasifikasi tercantum di International Nomenclature of Diseases tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases tahun 1992.

Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan walaupun malnutrisi bisa memengaruhi ekspresi dari beberapa tipe diabetes, sampai saat ini belum ada ditemukan bukti bahwasannya malnutrisi atau defisiensi protein bisa menyebabkan diabetes. Subtipe MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih dianggap bentuk malnutrisi yang diinduksi diabetes mellitus dan membutuhkan penelitian yang lebih lanjut lagi. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD, diklasifikasikan menjadi penyakit pankreas eksokrin di lintasan fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.

Impaired Glucose Tolerance, IGT, didefinisikan menjadi tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagaimana bisa diamati di seluruh tipe kelainan hiperglisemis. Tetapi tidak dianggap sebagai diabetes.
Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan menjadi simtoma rasio gula darah puasa yang lebih tinggi dari pada batas atas rentang normalnya, akan tetapi masih di bawah rasio yang telah ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.

Faktor Resiko Ulkus Diabetikum ( Penyakit Diabetes Melitus )


Faktor resiko terjadinya Ulkus Diabetikum pada penderita Diabetes Mellitus 

(menurut Lipsky dikutip oleh Riyanto B)

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah umur > 60 tahun, lama menderita Diabetes Melitus> 10 tahun.
2.       Faktor resiko yang dapat diubah :
       Neuropati (Sensorik, motorik, perifer), hipertensi, glikolisis hemoglobin (HBA1C) tidak terkontrol, kolesterol total, hdl dan trigliserida tidak terkontrol, kurangnya aktifitas fisik, pengobatan tidak teratur, perawatan kaki  pada penderita diabetes melitus tidak teratur, penggunaan alas kaki tidak tepat, obesitas, Ketidakteraturan kontrol gula darah, kebiasaan merokok, ketidakpatuhan diet Diabete Mellitus (Riyanto B, 2007).
        Faktor-faktor resiko terjadinya ulkus diabetikum lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
A.     Obesitas
       Salah satu permasalahan global dalam dunia kesehatan saat ini terutama pada diabetes melitus adalah permasalahan kelebihan berat badan dan kegemukan. Kelebihan berat badan (overweight) merupakan suatu keadaan terjadinya penimbunan lemak secara berlebihan, yang menyebabkan kenaikan berat badan (Sudarmoko, A, 2010 : 17).
       Lantas cara untuk mengidentifikasi kegemukan pada seseorang dengan menggunakan  IMT (Indeks Masa Tubuh), yaitu dengan kategori : Sangat kurus : < 17, Kurus sedang : 17-18, Normal : 18-25, Gemuk : 26-30, Sangat gemuk : > 30. Kelebihan berat badan hingga kegemukan jelas sangat beresiko bagi kesehatan dan memperbesar timbulnya penyakit, terutama sekali pada penderita diabetes melitus  kelebihan berat badan membuat tubuh rentan penyakit karena lemak yang mengumpul telah menghambat peredarah darah dan asupan gizi yang diperlukan tubuh. Fakta menunjukkan bahwa orang yang gemuk lebih mudah terserang penyakit ( terutama diabetes melitus )dan angka kematian yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk      (Arief. S, 2010 : 18).
       Ada dugaan bahwa seseorang yang memiliki badan gemuk ( penderita diabetes melitus ) jaringan adiposa mengeluarkan zat yang mengganggu kerja insulin pada jaringan otot rangka dan hati. Zat asam lemak bebas plasma diduga kuat menyebabkan resistensi insulin pada otot rangka dan hati secara langsung (Triyanto, B, 2011 : 60).  Apabila kadar insulin melebihi 10 µU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren diabetikum  / penyakit diabetes melitus (Soegondo S, 2006). 
       Menurut penelitian  yang dilakukan oleh Wirakusumah yang dikutip oleh Arief Sudarmoko, dimana hasil penelitiannya pada penyakit diabetes melitus menunjukkan bahwa dari 500 penderita obesitas, sekitar 88 % mendapat resiko penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, bahkan terjadinya komplikasi diabetes seperti Ulkus diabetikum (Sudarmoko, A, 2010 : 19).

B.     Ketidakteraturan kontrol gula darah
       Kontrol/check-up kadar gula darah merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya penyakit Diabetes mellitus yang makin bertambah parah, terutama untuk umur > 40 tahun, dan untuk penderita Diabetes Mellitus yang mengidap penyakit kardiovaskuler, lakukan check-up setiap 1, 2, 3 bulan (Misnadiarly, 2006 : 34).
       Cek gula darah perlu dilakukan oleh mereka yang memiliki faktor resiko diabetes, pemeriksaan harus rutin 1 kali seminggu/bulan. Peningkatan kadar gula darah bisa juga terjadi karena mereka yang menjalankan gaya hidup yang kurang baik dan pola makan buruk sehingga kadar gula darah mereka tidak terkontrol (Budi T, 2011:8). Penelitian yang dilakukan oleh Naimatus sya’diyah. Yang dilakukan di Wilayah Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta, dimana sebagian pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang bertempat tinggal di Wilayah sorosutan Umbulharjo Yogyakarta tidak patuh dalam upaya pengendalian kadar gula darah dan memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali dan memiliki resiko terjadinya ulkus diabetikum / penyakit diabetes melitus (Naimatus, 2009).

C.     Kebiasaan Merokok
        Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun sehingga bias menyebabkan resiko terjadinya ulkus diabetikum / penyakit diabetes melitus (WHO, 2001)

D.     Ketidakpatuhan diet DM ( Diabetes Melitus )
        Kepatuhan Diet Diabetes Melitus merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika (Perkeni, 2006).
       Kepatuhan Diet DM ( Diabetes Melitus ) mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki system koagulasi darah.
        Sebuah studi baru yang dilakukan para periset Harvard yang dikutip oleh budi triyanto, menunjukkan bahwa orang yang makan satu saji (3,5 ons) daging olahan, sama dengan 2 iris bacon atau sebuah hot dog setiap hari, mengalami peningkatan resiko diabetes melitus tipe 2 sebanyak 51 persen dan bisa menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum / penyakit diabetes melitus.


 Faktor resiko yang menyebabkan Ulkus pada kaki penderita DM ( Diabetes Melitus ) 
(menurut A.Y. Sutedjo)
       Kegemukan dan usia lanjut, gangguan penglihatan yang beresiko untuk cidera, kurang pengendalian kadar gula darah, penggunaan sepatu dan kaos yang tidak tepat, kurangnya perawatan kaki dan kuku yang baik, sudah ada riwayat ulkus pada kaki sebelumnya, tingkat pengetahuan DM  ( Diabetes  Melitus ) kurang sehingga kepatuhan kurang (A.Y.Sutedjo, 2010 : 85).

FAKTOR PENYEBAB MENINGKATNYA DIABETES MELITUS


Faktor  Meningkatnya Resiko Diabetes Melitus

(Menurut Budi Triyatno)

1. Kadar glukosa darah tinggi
       Jika pemeriksaan gula darah (glukosa) menunjukkan anda mengalami pre diabetes (gula darah berkisar 111-125 mg/dl), berarti beresiko tinggi terkena Diabetes.
2. Adanya riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus
       Seseorang beresiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 1 dan tipe 2 jika orang tua atau saudara laki-laki atau perempuannya menderita penyakit ini.
3. Kelebihan berat badan
       Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 memiliki kelebihan berat badan. Semakin banyak jaringan lemak, semakin resisten otot dan sel jaringan terhadap insulin, terutama jika kelebihan lemak berada disekitar perut.
4. Kurang beraktivitas
        Semakin kurang aktif, semakin besar resiko terkena diabetes.
5. Usia
        Resiko terkena diabetes tipe 2 bertambah, seiring dengan meningkatnya usia.
6. Riwayat diabetes gestasional
        Lebih dari separuh wanita yang mengalami diabetes gestasional (mengalami diabetes saat hamil) kelak akan terkena diabetes tipe 2 dalam hidupnya. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4,5 kg juga beresiko lebih tinggi.
7. Sindrom ovarium polikistik
        Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon pada wanita. Sindrom ini terkait kuat dengan resiko diabetes tipe 2. Banyak wanita yang menderita sindrom ini memiliki kadar insulin darah yang tinggi dan kurang peka terhadap efek insulin dibandingkan orang lain.
8.      Hipertensi atau lemak darah yang abnormal.
        Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan kadar lemak darah (lipid) abnormal beresiko terkena diabetes, semua pengidap kedua kondisi tersebut harus melakukan pemeriksaan diabetes. (Budi Triyatno, 2011 : 11).